Banner

Total Tayangan Halaman

Translate

Jumat, 05 Maret 2010

Sejarah Batik

Batik Surya, atau Batik Indramayu seringkali disebut juga Batik Dermayon, dan lebih dikenal lagi dengan sebutan Batik Paoman. Batik ini tergolong batik pesisir. Di Indonesia Batik Pesisir yang juga terkenal adalah Batik Pekalongan, Batik Cirebon dan Batik Madura.

Batik Surya, termasuk Batik Tradisional Indramayu yang memiliki ciri khas tersendiri. Corak-coraknya yang khas itu tidak dapat dijumpai pada batik di daerah lain. Kalaupun ada kesamaan dalam hal ragam dan hiasnya di batik daerah lain, gaya serta pewarnaanya pada Batik Surya Indramayu tetaplah berbeda. Hal ini dikarenakan kentalnya pengaruh budaya baik yang datang dari luar, juga dikarenakan kekayaan budaya daerah Indramayu sendiri serta kentalnya unsur kepercayaan, pengaruh lingkungan dan adat istiadat.

Dalam hal motif dan warna batik, nyata sekali perbedaannya antara batik klasik Indramayu dengan batik klasik Cirebon (Batik Trusmi) dan Madura (batik Sumenep). Batik Surya Paoman Indramayu, banyak dipengaruhi oleh perkembangan batik di daerah Pesisir Utara Jawa Tengah seperti; Lasem. Sedangkan Batik Trusmi Cirebon mendapat pengaruh besar dari daerah pedalaman Jawa Tengah seperti Daerah Pengging dan Solo.

Dalam sejarahnya pembuatan Batik Klasik Indramayu diperkirakan telah berlangsung lama, yaitu sekitar abad ke 13-14 dimana Pelabuhan Cimanuk menjadi satu-satunya pelabuhan terbesar di Pulau Jawa dan Asia, semasa jayanya Kerajaan Manuk Rawa di Muara Cimanuk. Saat itu perdagangan dari berbagai bangsa di dunia terjadi di Pelabuhan Muara Cimanuk. Selanjutnya Diramaikan kembali di masa kerajaan Demak (tahun 1527). Karena saat itu banyak pengrajin dari Lasem yang hijrah ke Indramayu. Oleh karena itu tidaklah heran jika Batik Paoman Indramayu ada yang hampir sama motifnya dengan motif batik Lasem yang didalamnya sudah dipengaruhi pula oleh Batik Cina. Meskipun begitu batik dari Jawa Tengah ini masuk ke Indramayu melalui perantara pedagang-pedagang yang mondar-mandir antara Jepara dan Banten.

Sementara itu dalam catatan sejarah Pulau Jawa dijelaskan bahwa Ki gede Trusmi dan Ki Gede Pengging (Kebo Kenanga) adalah murid Syekh Lemahabang alias Syeh Siti Jenar. Dimungkinkan banyak orang-orang dari Pengging-Solo yang hijrah ke Trusmi dan dari sana mereka mengembangkan industri batik hingga sekarang.

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa industri batik di Indramayu sudah berkembang sejak zaman Kerajaan Manukrawa, Majapahit, Demak, sedangkan di Cirebon (trusmi), baru berkembang pada zaman Kerajaan Pajang. Mungkin pula orang-orang dari negeri Pajang yang runtuh di tahun 1585 banyak warganya yang hijrah ke trusmi dan disana kemudian mengembangakan industri batik Trusmi.
Meski Batik Indramayu dikenal sebagai batik klasik dan usia perkembangannya telah beratus tahun, tetaplah menghormati perkembangan batik di Cirebon. Hal ini dikarenakan pengaruh Keraton di Cirebon meski telah memasuki jaman merdeka, tetap berpengaruh besar pada perkembangan dan motif yang ada. Wajar jika batik Paoman Indramayu lebih kaya motfnya ketimbang Batik Cirebon. Namun karena Motif Batik Indramayu belum melakukan penertiban hask cipta banyak pula motif-motif yang berasal dari Indramayu diakui oleh pembatik luar.

Namun harus kita akui bahwa daerah Cirebon dan Indramayu sama-sama merupakan kota pelabuhan dan kota perdagangan dengan letak geografis yang berdekatan. Wajar saja jika ke dua daerah ini saling mempengaruhi dengan ragam hias batik yang tak terelakkan keindahan dan ragamnya.

Yang menarik dari dua daerah tersebut masing-masing memiliki corak yang satu sama lainnya berbeda. Meskipun kadang ada juga persamaannya. Ciri ragam hias Batik Indramayu adalah ungkapan rupa yang datar, lugas, sederhana dan tidak mengandung makna simbolis. Sedangkan pada ragam hias batik Cirebon kebanyakan berdasarkan makna perlambangan, aturan tertentu, pola penggambaran persfektif seperti lukisan, karakter garis halus dan detil. Warna khas kuning Cirebon.

Ragam hias batik Indramayu merupakan ciri pesisiran sedangkan ragam hias Batik Cirebon tidak bisa sepenuhnya dikatakan pesisiran, karena latar budayanya keratonnya sangat dominan. Indramayu sebagai kota pelabuhan dan kota para pedagang dan nelayan yang semenjak dulu mempertemukan para penjual dan pembeli, barang-barang seperti keramik, sutra Cina, yang waktu itu bermaksud memperkenalkan pada masyarakat Indramayu keindahan ragam hias dari negeri Cina dan negeri Asia juga Eropa.

Bermukimnya masyarakat Cina di Indramayu semenjak zaman dahulu, telah menciptakan interaksi sosial budaya yang harmonis dengan penduduk lokal. Hal ini dapat dilihat dari perpaduan dan ragam hias Batik Surya, Paoman Indramayu, atau batik tradisi dengan hudaya Cina. Kain-kain Batik Surya Indramayu pada dasarnya tidak memiliki trasdisi pencantuman nama atau tanda tangan si pengrajin dan si pengusaha. Lain hal-nya dengan Kain Batik Pekalongan seperti Batik Belanda dan Cina yang nama perancangnya dicantumkan, misalnya Batik Van Zulyen. Dengan tidak adanya pencantuman nama tersebut, pencarian secara akurat siapa pembuat atau pemilik kain batik tersebut selalu saja menemui kesulitan. Oleh karena itulah daerah pecinan yang berlokasi sepanjang tepi timur Sungai Cimanuk menjadi tempat tinggal turun temurun masyarakat Cina di Indramayu menjadi salah satu sumber data sejarah perkembangan batik dan pengaruh Budaya Cina Indramayu.***

Tidak ada komentar:

Entri Populer